Pengertian
Batubara
Batubara adalah benda padat
berwarna coklat hingga hitam, kekerasannya kurang dari 3 skala mohs disebut ‘’Paytogenous rock’’ atau batuan
berasal dari diagnesia tumbuhan (flora)
sebagai mineral energy berupa batuan yang dapat dibakar membara dan memberikan
energi panas berkomposisi organic maseral sedikit mineral dengan penyusun unsur
utama yaitu karbon (C), serta sedikit unsur oksigen (O), hidrogen (H), dan nitrogen
(N). Sifat kimia berbagai jenis batubara ditentukan oleh jenis dan jumlah
unsur kimia yang terkandung dalam
tumbuh-tumbuhan asalnya (PABA 1982).
Adapun beberapa unsur dan kondisi
yang menyebabkan suatu tumbuh-tumbuhan itu bisa
berubah menjadi batubara antara lain yaitu:
- Bakteri pembusuk
- Temperature
- Waktu
- Tekanan
Waktu pemanasan juga merupakan hal yang berpengaruh
terhadap tingkat pematangan batubara, dimana waktu pemanasan yang lebih lama
akan menghasilkan tingkat pematangan batubara yang lebih tinggi. Oleh karena
itu batubara yang berumur lebih tua akan mempunyai tingkat pembatubaraan (Coalitification)
yang lebih tinggi.
Tekanan juga merupakan pengaruh terhadap proses
pematangan batubara, hanya saja pengaruhnya relative kecil bila dibandingkan
dengan temperature dan waktu dalam hal ini tekanan hanya berfungsi untuk
memadatkan bahan organic dan menekan keluar kandungan air yang ada di dalam
batubara.
Perubahan komposisi kimia jenis batubara mulai dari
jenis gambut (Peat) sampai pada jenis antrasit disebut tingkatan batubara (Coal
rank). Tingkatan atau peringkat batubara dapat ditentukan dengan berpedoman
pada beberapa parameter yang sangat penting diantaranya adalah analisis ultimat
dan analisis proksimat.
Cara Terbentuknya Batubara
Batubara terbentuk sisa-sisa
tumbuhan yang sudah mati dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang
sangat lama (puluhan sampai ratusan juta
tahun) yang dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia ataupun keadaan geologi. Komposisi kimia batubara hampir sama dengan
komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri
dari unsur C, H, O, N, S, P. hal ini mudah cdimengerti karena batubara
terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan
(coalification).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut :
Apabila jaringan tumbuhan dibakar dalam suasana
reduksi, yaiitu dengan cara sesudah jaringan tumbuhan disulut dengan api
kemudian diatas tumpukan ditutup tanah agar tidak berhubungan dengan udara luar
(agar jaringan tumbuhan tidak terbakar) maka jaringan tumbuhan (kayu) akan
menjadi arang kayu. Agar nyala api yang ada di dalam kayu mati, maka kayu
tersebut segera disiram dengan air sehingga terbentuknya arang kayu. Makin
keras kayu yang dipergunakan sebagai bahan baku, arang kayu yang dihasilkan
mutunya makin baik. Komposisi kimia utama arang kayu serupa dengan komposisi
kimia utama batubara. Perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil
rekayasa dan inovasi manusia selama jangka waktu yang pendek, dengkan batubara
terbrntuk oleh proses alam selama jangka waktu ratusan hingga ribuaan juta
tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang
akan berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter
yang berpengaruh makin tinggi mutu barubara yang terbentuk.
Tempat
Terbentuknya Batubara
Berdasarkan
tempat terbentuknya batubara, maka ada dua teori yang menjelaskan tentang
terbentuknya batubara dialam ini yaitu: teori insitu dan teori drift (Krevelan,
1993).
a.
Teori Insitu
Teori insitu menjelaskan
bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuknya ditempat dimana
tumbuh-tumbuhan tersebut mati, namun belum mengalami proses transportasi segera
tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.
Jenis batubara ini
mempunyai penyebaran yang luas dan merata serta kualitasnya lebih baik karena
kadar abunya relative kecil. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara seperti
ini di Indonesia terdapat di Muara Enim Sumatera Selatan (Sukandarrumidi,
1995).
b.
Teori Drift
Teori ini menjelaskan bahwa
bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di tempat yang berbeda dengan
tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang atau lapisan batubara yang
terbentuk jauh dari tumbuh-tumbuhan asal itu berada.
Proses pembentukan batubara ini dimana
tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan diangkat oleh air dan berakumulasi disuatu
tempat yang tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses cilification. Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas dan
kualitasnya kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang
terangkut bersama selama proses pengakutan dari tempat asal ke tempat
sedimentasi. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara seperti ini, di
Indonesia terdapat di Delta Mahakam Purba, Kalimantan Timur (Sukandarrumidi,
1995).
Proses
Pembentukan Batubara
Batubara berasal dari sisa
tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, pemadatan yang telah tertimbung oleh
lapisan diatasnya, pengawetan sisa-sisa tanaman yang dipengaruhi oleh proses
biokimia yaitu pengubahan oleh bakteri. Akibat pengubahan oleh bakteri
tersebut, maka sisa-sisa tumbuhan kemudian terkumpul sebagai suatu masa yang
mampat yang disebut gambut (Peatification) terjadi karena akumulasi sisa-sisa
tanaman tersimpan dalam kondisi reduksi didaerah rawa dengan system draenase
yang buruk yang mengakibat selalu tergenang oleh air, yang pada umumnya
mempunyai kedalaman 0,5-1,0 meter. Gambut yang telah terbentuk lama-kelamaan
tertimbung oleh endapan-endapan seperti batulampung, batulanau dan batupasir.
Dengan jangka waktu puluhan juta tahun sehingga gambut ini akan mengalami
perubahan fisik dan kimia akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T)
sehingga berubah menjadi batubara yang dikenal dengan oroses p-embatubaraan
(Coalitification) pada tahap ini lebih dominan oleh proses geokimia dan proses
fisiska (Stch, dkk, 1982).
Proses geokimia dan fisika
berpengaruh besar terhadap pematangan batubara yaitu perubahan gambut menjadi
batubara lignit, batubara bituminous, sampai pada batubara jenis antrasit.
Pematangan bahan organic secara
normal terjadi dengan cepat apabila endapannya terdapat lebih dalam, hal ini
disebabkan karena temperature bumi semakin dalam akan semakin panas.
Proses pengubahan tumbuh-tumbuhan
menjadi batubara ini dikkenal dengan cualitification. Dengan urutan zat yang
dihasilkan berupa tumbuh-tumbuhan yaitu mulai dari:
- Gambut (Peat)
- Lignit
- Sub Bituminous
- Bituminous
- Semi Antrasit
- Antrasit
- Meta Antrasit
Urutan proses pembentukan batubara tersebut secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Peat (Gambut)
Peat atau gambut adalah
tumbuh-tumbuhan yang mati dan mengalami pembusukan dan tercampur dalam paya
yang dikenal dengan peat (gambut). Jumlah air dalam gambut ini sangat besar dan
jumlah kandungan air tersebut berkisar antara 80-90 % ketika baru ditambang dari
paya. Penggunaannya sebagai bahan bakar dalam timber karena akan menghasilkan
nyala yang lebih panjang dengan suhu yang relative rendah (Pitojo. S,
1983). Berdasarkan lingkungan tumbuhan
dan pengendapan gambut di Indonesia dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
·
Gambut Ombrogenus, yaitu gambut yang kandungan
airnya hanya berasal dari air hujan. Gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan
pengendapan dimana tumbuhan pembentuk dimasa hidupnya hanya tumbuh dari air
hujan, sehingga kadar abunya adalah asli (Inherent) dari tumbuhan itu sendiri.
·
Gambut Topogenus, yaitu gambut yang kandungan
airnya berasal dari air permukaan. Jenis gambut ini diendapkan dari sisa
tumbuhan yang semasa hidupnya tumbuh dari pengaruh air permukaan tanah,
sehingga kadar abunya juga dipengaruhi oleh bagian yang terbawa oleh air
permukaan tersebut.
Daerah gambut
topogenus lebih bermanfaat untuk lahan pertanian bial dibanding dengan daerah
gambut ombrogenus karena gambut topogenus mengandung lebih banyak nutrisi.
b.
Lignit
Lignit yaitu suatu nama yang
digunakan pada tahap pertama lapisan Brown Coal. Pada umumnya lignit mengandung
material kayu yang sedikit mempunyai struktur yang lebih kompak bila
dibandingkan dengan gambut.
Lignit mempunyai warna yang berkisar
antara coklat sampai kehitaman, lignit segar mempunyai kandungan air antara
20-45 % dan nilai bakar 3056-4611 kal/gram, sedangkan lignit yang bebas air dan
abu berkisar antara 5566-111 111 kal/gram (Pitojo. S, 1983).
c.
Batubara Sub Bituminous
Jenis batubara ini berwarna hitam
mengkilap dan mempunyai kilapan logam. Batubara ini saat ditambang kandungan
air yang terkandung mencapai 45 % dan mempunyai nilai kalor bakar sangat
rendah, kandungan karbon sedikit, kandungan abu banyak dan kandungan sulfur
yang banyak.
d.
Batubara Bituminous
Batubara bituminous merupakan jenis
batubara yang terpenting dan dipakai sebagai bahan bakar karena memiliki nialai
kalor, kandungan karbon yang relative tinggi, sedangkan kandungan air,
kandungan abu, dan kandungan sulfur yang relative rendah. Jenis batubara ini
juga digunakan sebagai bahan bakar dalam pembuatan kokas dan pabrik gas.
e.
Batubara Semi Antrasit
Batubara semi antrasit ini merpakan
batubara yang memiliki sifat antara batubara bitumen yang mempunyai kandungan
zat terbang rendah disbanding dengan batubara antrasit yang mempunyai zat
terbang yang tinggi berkisar antara 6-14 %. Batubara ini mudah terbakar dan
warna nyalanya sedikit kekuning-kuningan.
f.
Batubara Antrasit
Batubara antrasit biasanya disebut batubara
keras (hard coal) penamaan ini
berdasarkan atas dasar kekerasan dan juga kekuatannya antrasit. Batubara
antrasit ini mudah untuk ditambang karena letak lapisan didalam kerak bumi yang
tidak pasti, dimana letak lapisannya kadang-kadang tegak dan kadang-kadang juga
vertical bahkan kadang-kadang juga berlekuk. Sifat barubara ini ditentukan dari
derajat kilap atau warna.
Batubara antrasit
mempunyai nilai kalor dan kandungan karbon sangat tinggi dan memiliki kandungan
air atau sulfur yang relative rendah dan kandungan zat terbang tinggi berkisar
antara 8,0 %.
g.
Meta Antrasit
Batubara Meta Antrasit adalah
batubara dengan kelas yang sangat tinggi dimana nilai kalorinya sangat tinggi,
berkisar antara 8000-9000 kalori. Kadara
air (Water content) sangat kecil kurang dari 1 %, warna hiam mengkilat, pecahan concoidal,
tidak mengotori tangan bila dipegang, menghasilkan api yang biru bila dibakar,
tidak mengeluarkan asap, tidak berbau, kadar abu dan sulfur juga sangat rendah.
Batubara jenis ini adalah antrasit yang
mengalami pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akibat proses tektonik maupun
aktivitas vulkanik yang ada di dekat endapan. Batubara jenis ini terdapat di
daerah Pensylvania, Amerika Serikat.
Reaksi
Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk
dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, komposisi utama terdiri dari
cellulose. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses pembatubaraan
(coalification). Factor fisika dan kimia yang ada di alam akan mengubah
cellulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukan batubara adalah sebagai berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulose lignit gas metan
Keterangan
:
·
Cellulosa (senyawa
organik), merupakan senyawa pembentuk batubara.
·
Unsur C pada lignit
jumlahnya relatif lebih sedikit
dibandingkan jumlah unsur C pada bitumina, semakin baik kualitasnya.
·
Unsur H pada lignit
jumlahnya relatif banyak dibandigkan jumlah unsur H pada bitumina, semakin banyak
unsur H pada lignit semakin rendah kualitasnya.
·
Senyawa gas metan (CH4)
pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan bitumina,
semakin banyak (CH4) lignit semakin baik kualitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar