Pelepasan atau
pembebasan batuan dari massa batuan induknya disebut “pemecahan batuan” (rock
breakage). Hal ini dapat dilakukan menggunakan api, air bertekanan tinggi,
tekanan, maupun bahan peledak. Pada umumnya, ada dua tipe operasi pemecahan
batuan yang dilakukan ditunjukkan dalam industri pertambangan, yaitu penetrasi
batuan (rock penetration : drilling, cutting, boring, dll) dan fragmentasi
batuan (rock fragmentation).
Dalam penetrasi
batuan (pemboran, cutting dll) pada suatu lubang bor biasanya dilakukan secara
mekanik dan kadang-kadang termik atau hidrolik. Tujuan dari penetrasi batuan
antara lain untuk :
a.Penempatan
bahan peledak atau keperluan lain yang memerlukan
lubang berukuran kecil.
lubang berukuran kecil.
b.Membuat
bukaan tambang atau terowongan (tunnel) final.
c.Mengekstraksi
produk mineral sesuai ukuran dan bentuk yang diijinkan (batu dimensi).
Berlawanan
dengan penetrasi batuan, fragmentasi batuan bertujuan untuk menggemburkan dan
memuat menjadi fragmen-fragmen suatu massa batuan, secara konvensional dengan
energi kimia, pada peledakan tetapi ditambah secara mekanik hidrolik dan
aplikasi baru dari energi. Penetrasi batuan dapat diklasifikasikan pada
beberapa basis. Termasuk dalam hal ini ukuran lubang, metoda mounting, tipe
dari power. Pembagian/skema yang akan digunakan pada tulisan ini adalah
berdasarkan bentuk dari penggempuran batuan atau jenis energi yang digunakan
untuk melakukan penetrasi. Klasifikasi ini bersifat umum, dapat diaplikasikan
pada seluruh jenis tambang dan mencakup seluruh bentuk penetrasi.
Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan
dalam suatu operasi peledakan batuan.
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan
diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.
Sistem pemboran berdasarkan dengan tingkat
keterterapannya dibagi menjadi 8 (delapan) macam yaitu :
1.
Mekanik
: perkusif,
rotari, rotari-perkusif
2.
Termal
: pembakaran,
plasma, cairan panas, pembekuan
3. Hidroulik
: pancar
(jet), erosi, cavitasi
4. Sonik
: vibrasi
frekuensi tinggi
5. Kimiawi
: microblast,
disolusi
6.
Elektrik
: elektric
arc, induksi magnetis
7. Seismik
: sinar
laser
8. Nuklir : fusi,
fisi
Meskipun
banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan pemboran untuk penyediaan
lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan dengan mesin sistem mekanik
(perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan berbagai ukuran dan kemampuan,
tergantung pada kapasitas produksi yang diinginkan yang didasarkan pula pada
pertimbangan teknik dan ekonomi, sistem pemboran secara mekanik lebih applicable daripada sistem pemboran yang lain.
A. Sistem
Pemboran
1. Sistem
Pemboran Mekanik
komponen
utama dari sistem pemboran mekanik adalah : sumber energi mekanik, batang bor
penerus (transmitter) energi tersebut, mata bor sebagai aplikator energi
terhadap batuan, dan peniupan udara (flushing) sebagai pembersih dari serbuk
pemboran (cuttings) dan memindahkannya keluar lubang bor. Berdasarkan sumber
energi mekaniknya, sistem pemboran mekanik terbagi menjadi 3 ( tiga ), yaitu :
rotari, perkusif, dan rotari-perkusif.
a. Bor
Tumbuk ( Percussion Drill )
Pada pemboran tumbuk (percusif), energi dari mesin bor
diteruskan oleh batang bor dan mata bor untuk meremukkan batuan. Komponen utama
dari mesin bor ini adalah piston yang mendorong dan menarik tungkai (shank) batang bor. Pada metode perkusif yang
terjadi adalah proses peremukan (crushing) permukaan batuan oleh mata bor.
Contoh alat bor yang menggunakan temper ini adalah hammer drill, churn drill.
b. Bor
Putar-Tumbuk ( Rotary-Percussion Drill )
Pada pemboran rotary-perkusif, aksi penumbukan oleh mata
bor dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan
penggerusan permukaan batuan. Metode ini dapat digunakan pada bermacam-macam
jenis batuan. Metode putar-tumbuk terbagi menjadi dua, yaitu :
·
Top
Hammer
Metode pemboran Top hammer adalah metode pemboran yang
terdiri dari 2 kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan. Kegiatan ini
diperoleh dari gerakan gigi dan piston, yang kemudian ditransformasikan melalui
shank adaptor dan batang bor menuju mata bor. Berdasarkan jenis penggerak
putaran dan tumbukannya, metode ini dibagi menjadi dua jeis yaitu : Hydrolic Top Hammer dan Pneumatic Top Hammer.
·
Down
the Hole Hammer (DTH Hammer)
Metode pemboran ini adalah metode pemboran tumbuk-putar
yang sumber dasarnya menggunakan udara bertekanan. DTH Hammer dipasang
dibelakang mata bor, di dalam lubang sehingga hanya sedikit energi tumbukan
yang hilang akibat melewati batang bor dan sambungan-sambungannya. Contoh dari alat
bor dengan menggunakan temper tumbuk putar adalah jack hammer.
c.
Bor
Putar ( Rotary Drill )
Berdasarkan
sistem penetrasinya, metode rotari terbagi menjadi 2 sysem tricone dan drag
bit. Disebut tricone jika penetrasinya berupa gerusan (crushing) dan drag bit
jika hasil penetrasinya berupa potongan. Sistem tricone digunakan untuk batuan
sedang hingga lunak, untuk system drag bit digunakan untuk batuan lunak. Contoh
alat bor dengan sistem ini adalah rotary drill.
2.
Sistem Pemboran Manual
Prinsip
kerja dari manual driven sangat sederhana karena hanya menggunakan tenaga
manusia sebagai tenaga penggerak. Contoh : Auger Drill, Bangka Bor, Churn
Drill, Bor Mesin Semprot ( BMS ).
Dalam kegiatan penambangan
terbuka untuk pemboran, alat yang digunakan adalah Down The Hole Drill, Rotary
Driven, dan Top Hammer. Untuk kegiatan penambangan bawah tanah alat yang
digunakan diantaranya : Mechanic Jumbo dan Hand Held Rock Drill (terdiri atas :
stopper, shinker, difter).
B. Perlengkapan Metode Pemboran Rotari
Percussion
·
Integral
Drill Steels
Integral
Drill Steels terdiri dari shank adaptors, batang bor, dan mata bor yang telah
terpasang menjadi satu. Pada umumnya integral drill steels digunakan jenjang
relatif rendah dengan diemeter lubang bor antara 22-41 mm.
·
Extension
Drill Steels
Extension
Drill Stells terdiri dari empat komponen utama yang dapat dipisahkan satu sama
lain. Komponen utama tersebut adalah :
1.
Mesin bor
Mesin
bor adalah alat yang mengubah energi potensial ( yang berupa udara bertekanan
dari kompresor ) menjadi energi mekanik penggerak piston dan drill rod.
2. Shank
Adaptors
Shank adaptor adalah bagian tangkai yang digunakan untuk
mentransmisikan energi tumbukan dari piston ke batang bor, kemudian dilanjutkan
ke mata bor. Shank adaptor terdapat di dalam mesin bor dan dihubungkan oleh
coupling ke batang bor yang pertama.
3.
Coupling
Coupling digunakan untuk menghubungkan batang bor yang
satu dengan yang lainnya sampai kedalaman lubang bor yang diinginkan.
4.
Drill Rod
Drill rod merupakan bagian yang menggerakkan bit ( mata
bor ) atau sebagai tempat mata bor.
5.
Mata Bor (Bit)
Mata Bor merupakan pengguna energi terakhir dari mesin
bor yang langsung mengenai batuan. Mata Bor (Bit) ada dua
macam yaitu :
a. Deteacable
Bit
Disebut Deteacable Bit apabila bitnya diganti-ganti tidak
menyatu dengan Drill Rod. Pada Jack
Hammer, Deteacable Bit ini dikenal juga dengan Soket.
b. Forget
Bit
Disebut Forget Bit apabila menyatu dengan drill rod
dan bitnya tidak lepas. Pada Jack Hammer, Forget Bit ini dikenal juga dengan
nama Chiel.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi
oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock drillability, geomeetri
pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator.
1.
Sifat
Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai
konsekuensi pada pemiliha metode pemboran, yaitu :
· Kekerasan
Batuan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. Kekerasan batuan merupakan fungsi dari kekerasan, komposisi butiran mineral, porositas, dan derajat kejenuhan serta merupakan hal yang utama yang harus diketahui untuk menentukan tingkat kemudahan pemboran.
Tabel 1.1
Kekerasan Batuan dan Kekuatan Batuan
Klasifikasi
|
Skala Mohs
|
Kuat Tekan Batuan
(MPa)
|
Sangat Keras
Keras
|
+ 7
6 – 7
|
+ 200
120 - 200
|
Kekerasan Sedang
Cukup Lunak
|
4.5 – 6
3 – 4.5
|
60 - 120
30 - 60
|
Lunak
Sangat Lunak
|
2 - 3
1 - 2
|
10 - 30
- 10
|
· Kekuatan
Batuan (strength)
Kekuatan
mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekerasan terhadap gaya luar, baik
itu kekuatan staik maupun dinamik. Pada prinsipnya, kekuatan batuan tergantung
padakomposisi mineralnya.
· Abrasivitas
Abrasivitas
adalah sifat batuan untuk menggores permukaan mineral lain, ini merupakan suatu
parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor dan batang bor. Faktor yang
mempengaruhi abrasivitas batuan adalah:
▪
Kekerasan batuan
▪
Bentuk butir
▪
Ukuran butir
▪
Porositas batuan
▪
Ketidaksamaan penyusun batuan
· Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young
(E), dan nisbah Poisson (υ). Modulus elastisitas merupakan faktor kesebandingan antara tegangan
normal dengan regangan relatifnya, sedangkan nisbah Poisson merupakan kesebandingan
antara regangan lateral dengan regangan aksial. Modulus elastisitas sangat
tergantung pada komposisi mineralnya, porositas, jenis perpindahan, dan
besarnya beban yang diterapkan.
· Plastisitas
Plastisitas
batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi tetap setelah
tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur.
Sifat plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan.
Tabel 1.2
Sifat Fisik Dan
Mekanik dari Batuan Sedimen
Batuan Sedimen
|
Modulus Elastisitas
104 x
(MPa)
|
Nisbah
Poisson
|
Porositas
|
Dolomit
|
1,96 – 8,24
|
0,08 – 0,2
|
0,27 – 4,10
|
Limestone
|
0,98 – 7,85
|
0,1 – 0,2
|
0,27 – 4,10
|
Sandstone
|
0,49 – 8,43
|
0,066 – 0,125
|
1,62 – 26,40
|
Shale
|
0,8 – 3,0
|
0,11 – 0,54
|
20,0 – 50,0
|
· Tekstur
Batuan
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antaa
mineral-mineral penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan
dari sifat-sifat porositas ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir.
Tekstur juga mampengaruhi kecepatan pemboran.
· Struktur
Geologi
Penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktivitas pemboran,
dan kemantapan lubang ledak dipengaruhi oleh struktur geologi seperti patahan,
rekahan, kekar, bidang perlapisan.
· Karakteristik
Pecahan
Karakteristik pecahan dapat digambarkan seperti perilaku
batuan ketika dipukul. Tiap-tiap tipe batuan mempunyai karakteristik pecah yang
berbeda dan ini berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral, dan tekstur.
2.
Rock Drillability
Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata
bor melakukan penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi
dari sifat batuan seperti komposisi mineral, tekstur, ukuran butir dan tingkat
pelapukan.
3.
Geometri
Pemboran
Geometri
pemboran ini mencakup diameter, kedalaman, dan kemiringan lubang tembak. Semakin
besar diameter lubang berarti penampang lubang yang harus ditembus semakin
besar sehingga faktor gesekan juga semakin besar. Hal ini akan sangat
mempengaruhi kinerja mesin bor dalam arti kecepatan pemboran semakin lambat.
Semakin dalam lubang bor maka akan terjadi gesekan antara drilling string
dengan dinding lubang yang semakin besar. Di samping itu kehilangan energi
akibat semakin panjangnya drilling string juga akan semakin besar. Hal ini akan
dapat menurunkan kinerja mesin bor. Pada kegiatan pemboran ada 2 macam arah
lubang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah miring, arah lubang ledak ini
berpengaruh terhadap aktivitas pemboran.
4. Umur dan Kondisi Mesin Bor
Umur
dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur alat bor
maka pemakaian kemampuan alat semakin turun
5. Keterampilan Operator
Keterampilan
operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat diperoleh dari
latihan dan pengalaman kerja.
A. Bagian-bagian
alat bor :
1. Batang
bor
2. Jack
hammer
3. Jack
leg
4. Pic hammer
5. Bit
B.
Macam
bit :
1. Tricone
bit (untuk batuan lunak – sedang)
2. Button
bit
3. Diamond
bit
4. X
bit
5. Coupling
bit
6. Drag
bit
7. Chisel
bit
8. Cross
bit
C. Bagian
Jack Hammer :
1.
Penutup
2.
Rumah piston
3.
Piston
4.
Chuck housing
5.
Riffle bar
6.
Riffle nut
7.
Pawl
8.
Rachet ring
9.
Pengunci
D. Prinsip
kerja jack hammer :
Udara masuk menekan piston, piston
menekan batang bor dan bit. Sistemnya rotary Percusif.
Prinsip kerja Jack Hammer yaitu rotary temperatur dengan menggunakan piston sebagai penggerak bor, pada gerakan naik turun yang terjadi disebabkan karena adanya tekanan udara yang tinggi dari kompresor dan adanya gaya perlawanan dari batuan saat pemboran.
Gambar 1.1
Jack Hammer
Gambar 1.2
Mata Bor
Kesimpulannya
1. Pemboran merupakan tahapan dari kegiatan peledakan yang
pertama karena untuk penyediaan lubang ledak agar hasil dari kegiatan peledakan
sesuai dengan keinginan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeboran yaitu :
a. Sifat batuan yang akan dibor, seperti :
·
Kekerasan
batuan
·
Kekuatan
batuan
·
Abrasifitas
·
Elastisitas
dan plastisitas
·
Tekstur
batuan
·
Struktur
geologi
·
Karakteristik
pecahan
b. Rock
drillability
c. Geometri
pemboran
d. Umur dan kondisi mesin bor
e. Keterampilan
operator
3. Berdasarkan penggeraknya alat bor dibagi menjadi dua
yaitu :
· Manual
Driven :
Hand Auger Drill
Bangka Bor
· Mechanic
Driven :
Percussion Drill
Rotary
Drill
Rotary-Percussion Drill
4.
Dasar
pemakaian alat bor adalah :
·
Jenis
pekerjaan yang akan dilakukan ( surface atau underfround )
· Volume
produksi yang akan direncanakan
· Sifat-sifat
batuan
· Dimensi
jenjang ( geometri pemboran )
·
Kondisi
kerja serta peralatan yang terkait ( fragmentasi )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar