Sabtu, 08 September 2012

Beasiswa DataPrint


Beasiswa DataPrint
Partisipasi DataPrint dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia tidak henti-hentinya. Di tahun 2009, DataPrint pernah mengadakan program DataPrint Academy yang memberikan kesempatan kepada 30 orang pelajar SMA dari seluruh Indonesia untuk mengikuti workshop selama lima hari di bidang kreatifitas dan entrepreneurship. Kemudian di tahun 2011, sebanyak 700 orang pelajar dan mahasiswa telah menerima beasiswa pendidikan dengan total ratusan juta rupiah. Para penerima beasiswa berasal dari Makassar,Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Ponorogo, Kendari, Martapura, Dumai, Malang, dan lain-lain.

Tahun ini, DataPrint kembali membuka program beasiswa bagi 700 orang pelajar dan mahasiswa. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

 Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4.  Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.

Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu disini
PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000@ Rp 500.000@ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
250 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
250 orang

Rabu, 25 Januari 2012

COMPARISON OF METHODS AND SUMMARY OF SURFACE MINING



A.    Metode Rekapitulasi

Metode ini merupakan metode lanjutan dari pengembangan dan explotasi dari proses penambangan/ laporan-laporan yang ada, seperti laporan hasil penelitian dengan menggunakan sumur bor, rincian biaya produksi dari prospeksi sampai reklasi lahan, laporan pemilihan jenis tambang yang digunakan, di kaji ulang dan dibuatkan ikhtisarnya untuk mendapatkan keputusan yang paling tepat, yaitu endapan mineralnya dapat diambil secara optimal dan mendapatkan keuntungan karena cost lebih kecil dari pendapatan.
Dalam rekapitulasi harus memperhatikan faktor-faktor dibawah ini :
1. Karakteristik dari endapan mineral
2. Kondisi geologi dan hidrologi
3. Geoteknologi yang ada
4. Pertimbangan ekonomi
5. Faktor teknologi
6. Masalah lingkngan


B.     Tahap-tahap Pengembangan

Dalam bab tiga sudah dibahas mengenai jenis dari metode tambang yaitu tambang terbuka , tambang dalam, dan lain-lain. Namun dalam bab ini hanya sebatas tambang terbuka. Dalam tambang terbuka tahap tahap yang paling dipertingbangkan yaitu tahap 5 ( lingkungan dan reklamasi), tahap 8 ( waste disposal), tahap 10 (pembukaan overborder dan akses). Dan selanjutnya akan kita bahas dalam subbab ini:

1.Lingkungan dan Reklamasi
Dalam proses penambangan selalu mengakibatkan dan menmberikan dampak yang negatif bagi lingkungan, namun tingkat kerusakannya bervariasi tergantung dari metode penambangannya. Dalam industri pertambangan, juga merupakan aspek yang sangat penting dan diperhatikan. Kerusakan lingkungan yang diebabkan oleh tambang terbuka open pit yaitu erat kainnya dengan pengambilan tanah pucuk (banyak mengandung zat hara) yang kemudian tanah tersebut tidak dipelihara dan diberikan perlakuan tertentu (dibuang saja) sehingga tanahnya menjadi tandus, managemen pembuangan zat-zat padat seperti overburdet yang tidak terarah dan cenderung merusak lahan sekitar, pencemaran air dan udara yang disebabkan oleh lingkungan penambangan. Pada open cast mining dari batu bara, reklamasi lahan yang telah ditampang merupakan aspek utama yang diperhatikan, dan termasuk dalam siklus penambangan, bahkan terdapat dana yang memang disimpankan untuk proses reklamasi. Namun pada metode penambangan open pit dan quarrying endapan nonbatubara, peraturan yang mengatur sangatlah lemah. Sehingga banyak perusahaan yang selesai menambang tidak melakukan reklamasi. Reklamasi itu sendiri merupakan pengembalian kembali lahan sebelum ditambang. Pada open cast kerusakan lingkungan yang didapat tidak terlalu berat disbanding open pit. Dilain halmetode leaching memberikan dampak yang sangat ekstrim bagi lingkungan, karena metode ini dengan menggunakan seyawa kimia yang dimasukkan dalam tanah. Sehingga mengakibatkan air tanah tercemar, dan mencakup wilayah yang luas, karena prinsip dari air itu sendiri selalu bergerak.



2. Waste disposal
Pada umumnya endapn selalu ditutupi oleh overborder, dengan ketebalan yang bervariasi. Namun ada juga yang endapan bijinya berasosiasi dengan overborder dan zat-zat buangan lainnya (zat pengotor dan pengganggu). Jika dalam proses ini zat-zat tersebut tidak dibuang maka akan mengakibatkan pemborosan dan pembengkakan pada cost. Mulai dari biaya penggalian,transportasi, benefisiasi, dan lain-lain. Jika diakumulasikan akan terjadi pembengkakan cost, maka harus dibuang. Namun harus tetap mempertimbangkan aspek lingkungannya.

3. Pembukaan overborder dan akses
Seperti yang dijelaskan dalam poin ke dua overburder harus diambil, dan cara yang paling efektif yaitu dengan mechanical extraction. Mengambil overburder tersebut dengan menggunakan mesin dan memindahkannya ke tempat yang lain. Pada open pit overburdernya diambil semua tidak bersisa, maksudnya sampai terbuka endapan mineral ang ditambang. Biasanya overburdernya dalam area yang luas namun kedalamannya sedikit. Sedangkan dengan metode aqueous extraction hanya lapisan yang akan ditmbang saja yang akan diambil, karena menggunakan borehole untuk mengambik endapan mineralnya.


C.    Siklus Dalam Proses Penambangan

Siklus dalam proses penambangan pada dasarnya sangatlah bervariasi karena itu secara umum hanya dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Proses Produksi
2. Proses-proses penunjang proses-proses yang termasuk proses penunjang yaitu meliputi sebagai berikut :
·         Reklamasi
·         Stabilitas lereng.
·         Construksi Jalanan Pengangkut
·         Pemeliharaan alat
·         Pit Tempat Pembuangan
·         Komunikasi
·         Proses Distribusi
·         Pengontrolan debu, bisingan, dan keamanan


D.    Kondisi Geologi dan Alam

Kondisi alam sangat berpengaruh dalam pemilihan metode yang akan digunakan dalam penambangan, untuk itu harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini :
1. Tambang terbuka ideal jika endapan bijihnya lebar, pada lapisan yang datar, dan berada dekat permukaan.
2. Endapan mineralnya berada pada kedalaman sangat jauh, tambang dalam, lebarnya sangat sempit. Overburdernya terlalu tebal maka menggunakan metode tambang dalam
3. Endapannya dan berada pada lapisan yang beragam, maksudnya berseling overburder endapan, overburder endpan dan begitu seterusnya maka lebih baik dengan metode aqueous extraction.


E.     Untung dan Rugi

Untung dan rugi merupakan aspek yang sangat penting, jika suatu endapan jika ditambang akan cenderung rugi mending tidak perlu ditambang, namun jika sebaliknya maka bisa ditambang. Untuk dapat menentukan untung dan ruginya dalam proses penambangan sangat dipengaruhi oleh :
1) Mining cost, jika biaya penambangan lebih rendah daripada pendapatan maka akan untung      namun, jika sebaliknya akan rugi.
2) Tingkat produksi, mulai dari skala kecil sampai besar. Semakin besar semakin tinggi jika harga mineralnya tinggi. Namun jika sedang turun lebih baik hentikan produksi daripada rugi.
3) Investasi modal, semakin besar modal maka semakin canggih teknologi yang digunakan sehingga lebih efektif dan optimal produksinya.
4) Tingkat pengembangannya, berkaitan dengan kecepatan dari pengembangan tambang, semakin lama semakin banyak cost yang dikeluarkan.
5) Kedalaman sumur, erat kaianya dengan metode borehole. Semakin dalam boreholenya semakin banyak cost yang dikeluarkan.
6) Selektifitas, semakin selektif semakin tidak ada atau sedikit mineral pengotor yang ikut terproses maka semaki kecil cost yang dikeluarkan. Namun sebaliknya semakin besar yang dikeluarkan.
7) Recovery, pada open pit sangat besar biayaya sedangkan aqueous kecil.
8) Dilution, semakin banyak yang dibuang semakin banyak pengeluaran.
9) Fleksibilitas, menyesuaikan dengan kondisi pasar.
10) Stabilitas dari pembukaan, maksudnya semakin tahan pitnya sehingga tidak terjadi longsoran.
11) Resiko lingkungan, biaya yang digunakan untuk reklamasi lahan tambang.
12) Waste disposal, sama prisipnya dengan selektifitas.
13) Health and safety , biaya yang dikeluarkan untuk keselaatan pegawai dan tenaga kerja
14) Dan lain-lain.


F.     Kepentingan dan Rekapitulasi

Dalam mengambil sebuah keputusan untuk memilih metode apa yang akan digunakan, akan sangat memerlukan banyak pertimbangan. Tambang terbuka banyak digunakan dalam produksinya, bahkan hampir 85 % perusahan tambang yang ada menggunakan metode ini, karena hampir 95% materialnya bisa diambil walaupun terkadang bijinya bercampur dengan zat pengotor atau zat yang seharusnya dibuang. Ketika melihat kembali dari segi keselamatan, teknologi, ekonomi, tambang terbuka akan dengan sangat mudah menang. Tambang terbuka sangat cocok untuk endapan mineral body orenya pada kedalaman yang rendah. Namun pada kenyataaannya, semua endapan mineral bisa ditambang dengan menggunakan tambang terbuka. Endapan-endapan ini dapat ditambang dengan metode tambang tertutup. Factor-faktor yang mempengaruhi digunakannya tambang dalam yaitu sebagai berikut:
a. Endapan mineralnya berada dikedalaman yang sangat dalam
b. Tingkat resiko lingkungan yang terlalu tinggi jika menggunakan open pit mining.
c. Biaya reklamasi lahan yang terlalu tinggi jika dengan open pit mining.
d. Zat pembuangannya akan sangat tinggi jika menggunakan open pit mining.
e. Iklim dan cuaca lokasi yang ditambang, jika dengan tambang dalam produksi tetap berjalan walaupun cuaca buruk.



G.    Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengambilan keputusan yang tepat tentang metode penambangan endapan mineral, kita tidak boleh hanya memperhatikan metode mana yang dapat mengambil endapan mineral yang banyak. Namun juga harus memperhatikan kondisi endapan mineral tersebut, faktor lingkungan, keamanan, dan juga biaya produksinya. Sehingga didapatkan metode yang paling sesuai dan menguntungkan

Minggu, 08 Januari 2012

BATUBARA

Pengertian Batubara
Batubara adalah benda padat berwarna coklat hingga hitam, kekerasannya kurang dari 3 skala mohs disebut ‘’Paytogenous rock’’  atau batuan  berasal dari diagnesia tumbuhan (flora) sebagai mineral energy berupa batuan yang dapat dibakar membara dan memberikan energi panas berkomposisi organic maseral sedikit mineral dengan penyusun unsur utama yaitu karbon (C), serta sedikit unsur oksigen (O), hidrogen (H), dan nitrogen (N). Sifat kimia berbagai jenis batubara ditentukan oleh jenis dan jumlah unsur  kimia yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan asalnya (PABA 1982).
Adapun beberapa unsur dan kondisi yang menyebabkan suatu tumbuh-tumbuhan itu bisa  berubah menjadi batubara antara lain yaitu:
- Bakteri pembusuk
- Temperature
- Waktu
- Tekanan
Waktu pemanasan juga merupakan hal yang berpengaruh terhadap tingkat pematangan batubara, dimana waktu pemanasan yang lebih lama akan menghasilkan tingkat pematangan batubara yang lebih tinggi. Oleh karena itu batubara yang berumur lebih tua akan mempunyai tingkat pembatubaraan (Coalitification) yang lebih tinggi.
Tekanan juga merupakan pengaruh terhadap proses pematangan batubara, hanya saja pengaruhnya relative kecil bila dibandingkan dengan temperature dan waktu dalam hal ini tekanan hanya berfungsi untuk memadatkan bahan organic dan menekan keluar kandungan air yang ada di dalam batubara.
Perubahan komposisi kimia jenis batubara mulai dari jenis gambut (Peat) sampai pada jenis antrasit disebut tingkatan batubara (Coal rank). Tingkatan atau peringkat batubara dapat ditentukan dengan berpedoman pada beberapa parameter yang sangat penting diantaranya adalah analisis ultimat dan analisis proksimat.
  
 Cara Terbentuknya Batubara
Batubara terbentuk sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan  waktu  yang  sangat lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) yang dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia ataupun keadaan geologi.  Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. hal ini mudah cdimengerti karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan (coalification).
 Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :




Apabila jaringan tumbuhan dibakar dalam suasana reduksi, yaiitu dengan cara sesudah jaringan tumbuhan disulut dengan api kemudian diatas tumpukan ditutup tanah agar tidak berhubungan dengan udara luar (agar jaringan tumbuhan tidak terbakar) maka jaringan tumbuhan (kayu) akan menjadi arang kayu. Agar nyala api yang ada di dalam kayu mati, maka kayu tersebut segera disiram dengan air sehingga terbentuknya arang kayu. Makin keras kayu yang dipergunakan sebagai bahan baku, arang kayu yang dihasilkan mutunya makin baik. Komposisi kimia utama arang kayu serupa dengan komposisi kimia utama batubara. Perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia selama jangka waktu yang pendek, dengkan batubara terbrntuk oleh proses alam selama jangka waktu ratusan hingga ribuaan juta tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang akan berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu barubara yang terbentuk.

Sabtu, 07 Januari 2012

PENGEBORAN



Pelepasan atau pembebasan batuan dari massa batuan induknya disebut “pemecahan batuan” (rock breakage). Hal ini dapat dilakukan menggunakan api, air bertekanan tinggi, tekanan, maupun bahan peledak. Pada umumnya, ada dua tipe operasi pemecahan batuan yang dilakukan ditunjukkan dalam industri pertambangan, yaitu penetrasi batuan (rock penetration : drilling, cutting, boring, dll) dan fragmentasi batuan (rock fragmentation).
Dalam penetrasi batuan (pemboran, cutting dll) pada suatu lubang bor biasanya dilakukan secara mekanik dan kadang-kadang termik atau hidrolik. Tujuan dari penetrasi batuan antara lain untuk :
a.Penempatan bahan peledak atau keperluan lain yang memerlukan
lubang berukuran kecil.
b.Membuat bukaan tambang atau terowongan (tunnel) final.
c.Mengekstraksi produk mineral sesuai ukuran dan bentuk yang diijinkan (batu dimensi).

Berlawanan dengan penetrasi batuan, fragmentasi batuan bertujuan untuk menggemburkan dan memuat menjadi fragmen-fragmen suatu massa batuan, secara konvensional dengan energi kimia, pada peledakan tetapi ditambah secara mekanik hidrolik dan aplikasi baru dari energi. Penetrasi batuan dapat diklasifikasikan pada beberapa basis. Termasuk dalam hal ini ukuran lubang, metoda mounting, tipe dari power. Pembagian/skema yang akan digunakan pada tulisan ini adalah berdasarkan bentuk dari penggempuran batuan atau jenis energi yang digunakan untuk melakukan penetrasi. Klasifikasi ini bersifat umum, dapat diaplikasikan pada seluruh jenis tambang dan mencakup seluruh bentuk penetrasi.

Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi  peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.
Sistem pemboran berdasarkan dengan tingkat keterterapannya dibagi menjadi 8 (delapan) macam yaitu :
1.      Mekanik    : perkusif, rotari, rotari-perkusif
2.      Termal       : pembakaran, plasma, cairan panas, pembekuan
3.      Hidroulik   : pancar (jet), erosi, cavitasi
4.      Sonik         : vibrasi frekuensi tinggi
5.      Kimiawi    :  microblast, disolusi
6.      Elektrik     : elektric arc, induksi magnetis
7.      Seismik      : sinar laser
8.      Nuklir        : fusi, fisi

Meskipun banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan pemboran untuk penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan dengan mesin sistem mekanik (perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan berbagai ukuran dan kemampuan, tergantung pada kapasitas produksi yang diinginkan yang didasarkan pula pada pertimbangan teknik dan ekonomi, sistem pemboran secara mekanik lebih applicable  daripada sistem pemboran yang lain.

A.    Sistem Pemboran
1.      Sistem Pemboran Mekanik
komponen utama dari sistem pemboran mekanik adalah : sumber energi mekanik, batang bor penerus (transmitter) energi tersebut, mata bor sebagai aplikator energi terhadap batuan, dan peniupan udara (flushing) sebagai pembersih dari serbuk pemboran (cuttings) dan memindahkannya keluar lubang bor. Berdasarkan sumber energi mekaniknya, sistem pemboran mekanik terbagi menjadi 3 ( tiga ), yaitu : rotari, perkusif, dan rotari-perkusif.